Rabu, 10 Desember 2014

0 Pelaku Penembakan Rata-Rata 14-15 Tahun


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!


Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabidhumas) Polda Papua Kombes Pol Sulistiyo Pudjo Hartono pada (11/12) menyatakan bahwa pelaku penembakan terhadap dua anggota Brimob di Ilaga, Puncak Jaya Papua rata-rata berusia 14-15 tahun.
Pelaku penembakan terhadap dua anggota Brimob merupakan pelaku yang diduga anak-anak Aibon, pasalnya anak-anak yang berada di daerah tersebut tidak pernah bersekolah dan tidak tahu membaca. Seharusnya mereka sudah harus bersekolah dan dapat membaca.

Tetapi apa boleh dipikir bahwa anak-anak Aibon tersebut dilarang untuk bersekolah. Dengan tidak bersekolah, mereka tetap menganggap diri mereka sebagai orang hebat. Mereka mempunyai pemikiran seperti itu karena dengan umur mereka yang baru 14-15 tahun tersebut sudah memegang senjata api dan apabila mereka sudah memegang senpi tersebut mereka ingin melakukan apapun sesuai keinginannya. Contohnya seperti melakukan tembakan kepada 2 orang Brimob seperti kejadian di atas tanpa mengetahui apa sebab dan akibatnya.

Hal itu dipicu dengan kurangnya ilmu dan pendidikan yang seharusnya mereka telaah dan mereka terima. Tanpa adanya ilmu, mereka dapat terhasut dan terpengaruh oleh ajakan-ajakan negative. Begitu juga dengan orang tua mereka, pastinya tidak jauh berbeda. Tetapi harusnya mereka sadar akan apa yang mereka perbuat apakah itu hal yang positive atau negative. 

Dipedalaman memang masih terdapat para anggota-anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang tidak bertanggung jawab dimana selalu memprovokasi serta mendoktrin dan memanfaatkan kelemahan ilmu pendidikan masyarakat yang ada di pedalaman. Mereka memberi senjata dan komponen senjata yang lain agar dapat membantu gerakan KKB membuat kerusuhan dan keonaran dengan melakukan teror kepada aparat keamanan dan kepada masyarakat Papua lain yang tak tahu apa-apa. Dengan itu, KKB dapat menjalankan rencananya untuk menyengsarakan masyarakat Papua yang mempunyai hati nasionalisme menjadi sengsara dan takut di bawah tekanan KKB, karena ada pihak-pihak yang berkeinginan untuk melepaskan Papua dari NKRI.

Untuk itu, orang tua yang ada dipedalaman agar selalu mewaspadai dan mengontrol anak-anaknya agar tidak mendapatkan jalan negative yang diberikan oleh para anggota KKB. Selain itu para orang tua juga harus tidak mendoktrin anak-anaknya untuk berbuat kriminal. Ajak anak-anak untuk berbuat yang baik dan bermanfaat buat orang banyak. Tanamkan jiwa-jiwa mereka untuk suka menolong terhadap orang lain, bantu-membantu untuk membangun demi tercapainya masyarakat Papua yang aman, damai dan sejahtera.

0 komentar:

Posting Komentar

Text Widget

Label