Apa pendapat pribadi anda (wartawan) pada sosok Panglima Kodam
XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua? Jawabannya : ”Saya sulit untuk
mendiskripsikannya. Karena faktanya, saya memang tidak dekat dengan beliau,
walaupun saya seorang wartawan.”
Tidak hanya Pangdam saat
ini, yang sebelumnya, bahkan semua prajurit yang pernah menjadi Panglima Kodam
XVII/Trikora hingga berubah nama menjadi Cenderawasih itu, tidak satupun yang
dia kenal baik atau yang mengenal dia.
Dalam pemahaman saya
(wartawan), memberikan penilaian atau pandangan terhadap seseorang, apakah
cantik, ganteng, kurus, gendut, tinggi, pendek, dan sebagainya, harus objeknya
dilihat terlebih dahulu. Tanpa melihat, tentu tak bisa. Atau bagi kalangan
seniman musik, tanpa mendengar suara atau nada, tentu tak bisa.
Demikian halnya dengan dunia
wartawan. Ketika seorang wartawan ditempatkan pada Pos Pertahanan Keamanan,
maka ia akan mengenal baik siapa saja narasumber yang berada di wilayah
liputannya. Karakteristik narasumber, meliputi sikap, tutur kata dan perbuatan,
tentu akan sangat dipahami dengan baik oleh wartawan yang ditempatkan oleh
medianya di wilayah tersebut. Contoh, ketika wartawan olahraga diminta untuk
menulis berita tentang Kodam, tentu ia akan mengalami kesulitan, bahkan bisa
banyak ralatnya, baik menyangkut nama, pangkat hingga intisari pemberitaan.
Karena itu, ketika tim penulis buku meminta dia sebagai wartawan Papua untuk memberikan pandangan atau penilaian pada sosok Pangdam XVII/Cenderawasih, Christian Zebua, dia cukup kaget. Sebenarnya ingin menolak, mengapa? karena dia merupakan contoh wartawan yang tidak pernah ngepos di wilayahnya Kodam XVII/Cenderawasih. Dia juga bukan seorang pengamat Hankam, yang setiap hari mengikuti perkembangan Hankam di Papua.
Tapi kemudian niatnya batal, setelah dia mengingat sepenggal catatan dia ketika mendengar sambutan yang luar biasa dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua pada acara silaturahmi bersama para wartawan, di Makodam Jayapura, Jumat (19/9 ) lalu.
Karena itu, ketika tim penulis buku meminta dia sebagai wartawan Papua untuk memberikan pandangan atau penilaian pada sosok Pangdam XVII/Cenderawasih, Christian Zebua, dia cukup kaget. Sebenarnya ingin menolak, mengapa? karena dia merupakan contoh wartawan yang tidak pernah ngepos di wilayahnya Kodam XVII/Cenderawasih. Dia juga bukan seorang pengamat Hankam, yang setiap hari mengikuti perkembangan Hankam di Papua.
Tapi kemudian niatnya batal, setelah dia mengingat sepenggal catatan dia ketika mendengar sambutan yang luar biasa dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua pada acara silaturahmi bersama para wartawan, di Makodam Jayapura, Jumat (19/9 ) lalu.
Ketika itu, dia hadir mewakili Ketua Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) Provinsi Papua, Abdul Munib yang tidak bisa hadir, karena sedang berada di luar Jayapura. Kehadirannya di tempat itu, bukan sebagai wartawan, tapi dia memposisikan diri sebagai Sekretaris PWI Provinsi Papua. Jika memposisikan diri sebagai wartawan, tentu dia tidak akan hadir pada pertemuan itu, karena mereka akan berjumlah 4 orang wartawan dari media yang sama.
Menurutnya, hari itu sepertinya merupakan hari bersejarah bagi pribadinya, karena sebagai Sekretaris PWI Papua yang baru, itulah kali pertama ditunjuk untuk mewakili PWI Papua memenuhi undangan Kodam XVII/Cenderawasih, bahkan untuk pertama kali dan mungkin yang terakhir kalinya, ia mendengar secara langsung sambutan lantang dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, tentang karyanya di bumi Cenderawasih, yang akan berakhir dalam waktu dekat. Meskipun sambutannya panjang, ia tak cepat bosan. Justru sangat kuat mempengaruhi pemahamannya tentang karakteristik pribadi Mantan pangdam XVII/Cenderawasih maupun kesatuan yang dipimpinnya.
Cukup menarik menyimak
pernyataan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, siang itu. “
Kepemimpinan saya kali ini memang agak beda, sehingga rakyat bisa menerima dan
tidak takut lagi dengan tentara,” demikian pernyataan awal Pangdam. Bahkan
ketika menceritakan strategi yang digunakan untuk merebut hati rakyat kepada
seorang doctor dari Australia, doktornya malah jadi bengong. Entah bengongnya
karena tidak percaya atau bengongnya karena menemukan metode yang luar biasa.
Bagi dia, itu hal yang luar
biasa. Karena bisa membuat seorang doctor asal Australia sampai terbengong. Ini
menunjukkan kemampuan berbicara Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian
Zebua sangat baik, dalam hal meyakinkan pihak luar terhadap penanganan masalah
keamanan di Papua.
dia juga tertarik dengan konsep menyelesaikan masalah internal dan eksternal. Pada konsep internal, diterapkan prinsip kesederhanaan dan keterbukaan tapi tertib. Contoh, Makodam saat ini bisa dengan bebas dikunjungi warga, tanpa rasa takut. Memperbanyak publikasi karya TNI ( Kemanunggalan TNI ) lewat media massa, dan meningkatkan solidaritas.
dia juga tertarik dengan konsep menyelesaikan masalah internal dan eksternal. Pada konsep internal, diterapkan prinsip kesederhanaan dan keterbukaan tapi tertib. Contoh, Makodam saat ini bisa dengan bebas dikunjungi warga, tanpa rasa takut. Memperbanyak publikasi karya TNI ( Kemanunggalan TNI ) lewat media massa, dan meningkatkan solidaritas.
Lalu dalam menyelesaikan masalah eksternal, pertama yang dilakukan adalah merebut hati rakyat, lalu melumpuhkan dan merebut senjata dari mereka yang berbeda paham dan mengganggu keamanan, kemudian hal ketiga adalah membangun opini positif bagi publik.
Selain itu, ada juga 3 pendekatan yang dilakukan, yaitu Pendekatan Agama, Pendekatan Budaya dan Pendekatan Kesetaraan. Menurutnya, ini konsep yang hebat. Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, ternyata sangat memahami karakteristik orang papua. Konsep ini harus tetap dipertahankan oleh siapapun Jenderal yang ditunjuk menjadi Pangdam XVII/Cenderawasih. Dengan strategi dan konsep seperti ini, ia yakin, perubahan kearah yang lebih baik akan cepat terwujud.
Bahkan 3 hal untuk Papua yang dipikirkan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, yakni Membangun kepercayaan masyarakat, Menerapkan dan Memantapkan kepercayaan masyarakat, akan semakin kokoh jika 3 pendekatan ini diwujudkan secara nyata tanpa kepalsuan.
Ia salut dengan keberhasilan
yang sudah dicapai selama masa kepemimpinan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen
TNI Christian Zebua, sebagaimana yang disebutkan dalam buku maupun sambutan
siang itu. Namun, seluruh masyarakat Papua tetap berharap, siapapun
penggantinya, konsep ini tetap jalan dan jangan lagi ada korban dari warga
sipil maupun aparat.
Rakyat Papua, jumlahnya tak banyak, mungkin hanya sekitar Dua Jutaan. Sebenarnya tak susah mengurusnya, hanya karena hati yang tak ikhlas, penuh kepalsuan dan ketidakadilan, mudah mengstigma orang Papua, akhirnya menciptakan jurang perbedaan yang dalam.
Akhir dari deskripsinya ini, ia teringat ucapan dari Ketua PWI Papua, Abdul Munib. Ia katakan, seharusnya kita bangga memiliki Ideologi Pancasila, yang menjadi dasar yang kokoh. Tapi sayangnya, sebagian besar warga Negara Indonesia tidak memahami makna Pancasila, tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Pemusyawaratan/Perwakilan serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Silahkan direnungi!
Rakyat Papua, jumlahnya tak banyak, mungkin hanya sekitar Dua Jutaan. Sebenarnya tak susah mengurusnya, hanya karena hati yang tak ikhlas, penuh kepalsuan dan ketidakadilan, mudah mengstigma orang Papua, akhirnya menciptakan jurang perbedaan yang dalam.
Akhir dari deskripsinya ini, ia teringat ucapan dari Ketua PWI Papua, Abdul Munib. Ia katakan, seharusnya kita bangga memiliki Ideologi Pancasila, yang menjadi dasar yang kokoh. Tapi sayangnya, sebagian besar warga Negara Indonesia tidak memahami makna Pancasila, tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Pemusyawaratan/Perwakilan serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Silahkan direnungi!
Kiranya, dalam kepemimpinan
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal Frensen Siahaan, Papua makin
kondusif. Jangan lagi ada tetesan darah dan air mata dari rakyat sipil maupun
prajurit TNI.