Pace,
mace… sudah tau to kalau tanggal 9 Juli nanti ada acara besar buat kita? Iya
betul, tanggal 9 Juli 2014 adalah jadwal pemilihan presiden (pilpres) bagi kita
semua bangsa Indonesia dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke.
Jangan lupa datang ke TPS gunakan hak suara kita untuk memilih presiden dan wapres
yang kita anggap paling layak untuk memimpin kita bangsa Indonesia. Siapa calon
presidennya? Sabar dulu, nanti tanggal 5-9 Juni baru kita tau siapa calon
presiden dan wakil presiden yang akan bertarung di pilpres. Karena pada tanggal
itu KPU mengumumkan secara resmi pasangan capres dan cawapresnya.
Pentingkah ikut pilpres? Jawabannya
“ya”. Dengan ikut menggunakan hak suara yang kita punya, berarti kita telah
ikut andil dalam menentukan pemimpin kita untuk 5 tahun ke depan. Lalu
bagaimana dengan golput? Orang yang golput adalah orang yang tidak bertanggung
jawab dan tidak mau tau dengan nasib bangsanya sendiri. Jadi, mari kita semua sempatkan diri untuk datang
ke TPS dan memilih calon yang kita percaya mampu membawa Papua pada khususnya
dan Indonesia pada umumnya ke arah yang semakin baik.
Inilah
beberapa himbauan atau seruan dari Kepala Kepolisian Nasional Negara Federal
Republik Papua Jendral Polisi Elias Ayekeding kepada seluruh rakyat Papua di
tujuh (7) Negara Bagian dalam Negara Republik Federal Papua Barat bahwa :
1. Seluruh Suku Adat Papua agar menjaga
ketertiban dan keamanan dan tidak terprovokasi terhadap issu-issu yang berkembang
yang dapat membuat Papua tra aman.
2. Bagi masyarakat yang hendak memilih,
kami NRFPB tra melarang, namun apabila ada masyarakat yang tidak ikut memilih
dalam pemilu agar tra ganggu jalannya proses Pemilihan Umum.
3. PETAPA (Penjaga Tanah Papua) dan
Kepolisian Adat akan membantu aparat keamanan dalam Pemilu 2014 walaupun tra
secara langsung di tiap-tiap TPS.
4. Anggota PETAPA dan Kepolisian NRFPB
diberikan Hak untuk memilih dalam Pemuli 2014, apabila tra memilih jangan
ganggu atau provokasi teman-teman yang berikan suaranya saat pencoblosan.
5. Boikot Pilpres merupakan isu dan
bertujuan memprovokasi situasi Papua.
Pace, mace… Banyak yang bilang tidak
usah ikut pilpres karena kita orang Papua tetap miskin. Ajakan itu sama sekali
tidak benar. Papua yang sekarang sudah jauh lebih maju dari Papua 10 atau 20
tahun lalu. Kita akui itu to? Semakin banyak pembangunan
jalan-jalan biar kita bisa bepergian kemana-mana, sekolah-sekolah biar
anak-anak kita semakin pintar, dan pasar-pasar untuk kita berjualan. Kalau kita
mau bekerja keras pasti kita tidak akan miskin. Tapi kalo kita malas-malasan,
tidak mau kerja dan suka minum miras ya pasti kita akan miskin. Betul to?
Banyak yang bilang kita orang Papua
mau dikuasai sama pendatang, jadi kita harus mengusir mereka. Aduhh.... kejam
sekali kalau kita punya pikiran seperti itu. Ingat, kita ini semua bersaudara.
Mau yang berkulit hitam, putih, sawo matang, berambut keriting, lurus, maupun
bergelombang semua bersaudara. Ingat, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda dan
kita wajib untuk saling menghormati serta mengasihi. Bapak-bapak Pendeta di Gereja
kan mengajari kita seperti itu. Kenapa para pendatang bisa sukses di Papua?
Jawabannya adalah karena kerja keras. Mereka bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah
demi mendapat kemakmuran. Harusnya kalau kita juga mau suskses, kita jangan
malu mencontoh kerja keras mereka. Bukan malah membenci mereka dan menganggap
mereka penjajah. Kalau pun kita orang Papua mau mencari nafkah di tempat lain,
seperti Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan lainnya kita bebas kok tanpa
ada yang membenci. Karena kita kan orang Indonesia, jadi bebas mau tinggal
dimana saja selama masih dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indoneia
(NKRI).
Ada lagi yang bilang kalau kita
tidak usah ikut pilpres karena kita orang Papua bukan bagian dari Indonesia dan
hasil Pepera tahun 1969 adalah tidak sah. Aduhhh…. Masa’ kita harus
berulang-ulang belajar sejarah tentang Pepera. Hasil Pepera tahun 1969 adalah
SAH dan sudah FINAL karena telah disahkan
oleh PBB melalui Sidang Majelis Umum PBB yang menghasilkan Resolusi nomor
2505, pada tanggal 19 November 1969. Janganlah
kita orang Papua menguras energi untuk hal yang tidak bermanfaat meminta
pelurusan sejarah. Sejarah sudah lurus, mau diluruskan seperti apa lagi? Masih
banyak hal yang perlu kita pikirkan, yaitu bagaimana supaya Papua menjadi lebih
maju dan lebih damai. Mari kita orang Papua menjadi bagian dari generasi
demokrasi dengan ikut menyukseskan Pilpres 2014 dan memilih pemimpin yang
berkualitas dan dapat membawa kemakmuran bagi bangsa kita tercinta Republik
Indonesia.
Sebagaimana isi ceramah Pendeta Geradus Heluka, S.Th
seorang Tokoh Kingmi Papua kepada para jemaahnya digereja Kemah Injil di Tanah
Papua bahwa “Suara rakyat suara Tuhan” antara lain :
1. Syalom... Pace, Mace, Adik, Kakak, Om,
Tante, Tong semua orang Papua yang taat dengan firman tuhan to..? Ingat e.. di
dalam Al-Kitab kitong diminta untuk mencari pemimpin seperti firman tuhan di
keluaran 18:21 “di samping itu kau carikam dari seluruh bangsa itu orang-orang
yang cakap dan takut akan Allah, ornag-orang yang dapat dipercaya, dan yang
benci kepada pengejaran suap, tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi
pemimpin.
2. Kisah para Rasul 1:15-26, ketika
murid-murid/ rasul-rasul bersama umat tuhan lainnya hendak memilih murid
pengganti Yudas. Secara demokratis
diusulkan/ dicalonkan, “PEMILU” versi para Rasul dan umat tuhan waktu itu
(dengan metode mengundi) melalui tahapan sebagaimana tertulis: Lalu mereka
mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barnabas dan yang juga bernama Yustus
dan Matias. Mereka semua berdoa dan
berkata: “Ya tuhan, engkaulah hati semua orang, tunjukanlah kiranya siapa yang
engkau pilih dari kedua orang ini...”(KIS 1:23-24).
3. Tra ada alasan kitong orang Papua tra
memilih dalam Pilpres tanggal 9 Juli 2014. Kalo ada yang ajak tra milih dorang
itu sama dengan melawan perintah tuhan! Su tau to.. kalo orang su berani lawan
perintah tuhan pasti dorang pu kehidupan tra laku dan terkutuk e...! dalam
firman tuhan juga disampaikan bukan kamu yang memilih aku, tetapi akulah yang
memilih kamu (Yoh 15:16A) jadi kitong pu suara nih merupakan alat tuhan untuk
menyatakan kuasa (pilihan) tuhan dalam memilih pemimpin.